BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
Memahami perekmbangan aspek afektif peserta
didik merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang baik dalam proses pendidikan, tidak
hanya dalam hasil akademik tapi juga dalam hal pembantukan moral.
Afektif mencakapu emosi atau
perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga perlu mendapatkan
perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang perkembangan afektif siswa
sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Setiap peserta didik memiliki
emosi yang berbeda, sehingga rangsangan yang diberikan juga harus berbeda.
Reaksi emosional dapat berkembang
menjadi kebiasaan, sehingga mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap
individu ataupun peserta didik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka permasalahan perkembangan Afektif adalah :
1. Memahami karakteristik
setiap individu
2. Apa pengertian
emosi?
3. Bagaimana karakteristik
perkembangan emosi?
4. Faktor-faktor
apa yang mempengaruhi perkembangan emosi?
5. Apa hubungan
antara emosi tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku?
6. Pengaruh perbedaan
individu dalam perekmbangan emosi?
7. Bagaimana upaya
pengembangan emosi remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan?
8. Bagaimana karakteristik
nilai, moral, dan sikap remaja
9. Apa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap?
10. Perbedaan individual
dalam perekembangan nilai, moral, dan sikap?
11. Bagaimana upaya
mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja serta implikasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan?
BAB II
KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN
INDIVIDU
A.
Individu
dan Karekteristiknya
1.
Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat
dipandang dari berbagai sudut pandang . sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia
telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat
manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya
manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai
mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat
atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo
educandum dan seterusnya.
Kini bangsa
Indonesia telah menganut sesuatu pandangan, bahwa yang dimaksud manusia secara
utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan manunggalnya
berbagai cirri atau karakter hakiki atau sifat kodrat manusia yang seimbang
antarberbagai segi, yaitu segi : (i) individu dan social, (ii) jasmani dan
rohani, dan (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut menggambarkan
keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesama,
manusia dengan alam sekitarnya atau lingkungannya, dan manusia dengan Tuhan.
Uraian tentang
manusia berkaitan dengan kedudukannya sebagai pesert didik, haruslah menempatkan
manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, akan lebih ditekankan hakiki manusia sebagai kesatuan sifat makhluk
individu dan makhluk social, sebagai kesatuan jasmani dan rohani,dan sebagai
makhluk Tuhan yang menempatkan hidupnya didunia sebagai persiapan hidupnya di
akhirat. Sifat-sifat dan cirri-ciri tersebut merupakan hal yang secara mutlak
disandang oleh manusia, sehingga manusia pada dasarnya sebagai pribadi atau
individu yang utuh.
Individu
atau individual berarti : tidak dapat dibagi (un-divided), tidak dapat dipisahkan; keberadaanya sebagai makhluk
yang pilah dan tunggal, khas; berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya
yang khusus itu (Webster’s, 743).
Dalam kamus
Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang
berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat
dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan
potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawaperubahan-perubahan apa saja
yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Sejak lahir,
bahkan sejak masih didalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan
psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrati manusia yang harus
mendapat perhatian secara seksama. Mengingat pentingnya makna pertumbuhan dan
perkembangan ini, maka persoalan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan akan dijelaskan secara khusus dibagian lain. Untuk member gambaran
singkat bahwa makna pertumbuhan dibedakan dari makna perkembangan, bahwa
istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif
mengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan untuk
perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek
social.
Dalam
pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. . pada
awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum
peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila
kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan
mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan
teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak
kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
2.
Karakteristik
Individu
Setiap individu memiliki ciri dan
sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang
memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik
keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis
maupun faktor sosial psikologis.
Seorang anak mungkin mulai
pendidikan formalnya ditingkat Taman Kanak-Kanak pada usia empat atau lima
tahun. Pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia lima
atau enam tahun tanpa mempedulikan beberapa umur seseorang anak. Karakteristik
pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya ke sekolah akhirnya terbentuk
oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampaknya mempunyai pengaruh penting
terhadap keberhasilanya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya dikelak
kemudian.
Natur dan nature merupakan
istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik
individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Sejauh mana seorang dilahirkan menjadi individu seperti “dia”
atau sejauh mana seorang individu dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan
tetap merupakan subjek penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan
dengan perkembangan factor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang
karakteristikyang berkaitan dengan social psikologis banyak dipengaruhi oleh
factor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir
merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis
keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru,
maka secara berkesinambungan dipengaruhi oelh bermacam-macam faktor lingkungan
yang merangsang. Masing-masing rangsangan tersebut, baik secara terpisah atau
terpadu dengan rangsangan yang lain, semuanya membantu perkembangan
potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia dibawa sejak
lahir. Hal itu akhirnya membentuk sesuatu pola karakteristik tingkah laku yang
dapat diwujudkan oleh seseorang sebagai individu yang berbeda dengan
individu-individu lain.
B.
Aspek
Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Makna
pertumbuhan sering diartikan sama dengan perkembangan, sehing-ga kedua istilah
itu penggunaannya sering kali dipertukarkan untuk makna yang sama. istilah pertumbuhan
diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik
yang secara kuantutatif semakin besar dan atau panjang, sedangkan istilah
perkembangan diberi makna dan digu-nakan untuk menyatakan terjadinya
perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek social.
Setiap
individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkambangan
nonfisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi, social, bahasa, bakat
khusus, nilai dan moral, serta sikap.Berikut ini diuraikan pokok-pokok pertumbuhan
dan perkembangan aspek-aspek tersebut.
Perekmbangan-perkembangan
dasar atau esensi dari lingkungan belajar mangajar yang senat adalah suasana
belajar yang secara nyata dapat menumbuh-kan munculnya perasaan yang terdapat
antara siswa dan guru di dalam kelas. Pe-rasaan-perasaan tersebut tergantung
pada peran esensi situasi bela-jar yang kondusif dan sehat adalah situasi
belajar yang dapat menumbuhkan “pe-rasaan dekat” antara guru dan anak, merasa
saling menumbuhkan, salaing meng-hargai, dsb. Dengan perasaan saling
memperhatikan yang terdapat antara guru dan anak dalam proses belajar –
mangajar, sikap guru yang merupakan cerminan perasaan yang melandasi transaksi
belajar – mengajar diantaranya adalah :
1. Penerimaan (acceptance),
sikap ini meliputi pengenalan dan pengakuan terhadap berbagai kemampuan dan
keterbatasan mental, emosi, fisik, dan sosial yang dimiliki anak. Sikap acceptance
tersebut harus dilandasi pe-mahaman bahwa guru mempunyai kepercayaan terhadap
diri sen-diri berupa kemampuan mengajar dan kemampuan dalam mengha-dapi anak.
2. Rasa aman
Rasa ini merupakan kebutuhan dasar manusia
yang perlu memperoleh pemenuhan sehingga dalam proses belajar mengajar
diperlukan pula adanya rasa disayangi dan diterima oleh kelompok dan guru. Jika
anak dalam kegiatan pembelajaran merasa aman dan kerasan selama proses
pengajaran ber-langsung dan termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar
dengan sungguh-sungguh.
3. Pemahaman
akan adanya individualitas (differences),
pemahaman pendidik bahwa tidak ada manusia yang sama serta perilaku siswa
selalu bersifat unik menjadikan diperlukan kesabaran dalam menghadapi berbagai
perilaku anak. Guru hen-daknya dapat bersikap bijak dan dapat menjaga
keseimbangan an-tara sikap otoritatif dan sikap ngemong.
a. Menggunakan
cara-cara yang demokratis
Penggunaan cara yang demokratis dalam proses pembela-ran
termanifestasi dalam perilaku saling menghormati hak dan kewajiban
masing-masing, adanya perencaan atau kontrak pembelajaran yang kooperatif atau
berdasar pada kesepakatan serta pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Cara
tersebut akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Dalam proses belajar
mengajar, anak hendaknya juga memperhitungkan suara agar suasana kelas tidak
menjadi kaku.
b. Sikap bersahabat
Dengan dilandasi
pemahaman terhadap berbagai kemam-puan dan kekurangan yang ada pada anak, sikap
percaya serta kesabaran dari guru sebagai pengajar, akan memun-culkan rasa “saling”,
dimana guru sebagai pendidik selalu berusaha untuk mengkomunikasikan apa yang
diharapkan dari anak didik, memberikan arahan, bantuan, dan bombi-ngan agar
harapan tersebut tercapai secara efektif dan efisien, termasuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan secara terbuka permasalahannya
sehingga akan tercapai kepuasan antara dua
a. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan
manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang dan
prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hing-ga ia dewasa.
Ø Pertumbuhan sebelum lahir
Masa sebalum lahir merupakan
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu
me-rupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf
yang membentuk system yang lengkap.
Ø Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan
fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhannya sebelum lahir.
Proses pertumbuhan fisik ma-nusia berlangsung sampai masa dewasa. Pertumbuhan
fisik baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku
anak sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik seorang anak akan
menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan
dan perkemban-gan fungsi fisik akan mempengaruhi bagaimana anak ini me-mandang
dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang lain.
b. Intelek
Intelek atau daya pikir berkembang sejalan dengan
pertumbuhan saraf otak. Karena pikiran pada dasarnya menunjukkan fungsi otak.
Maka, kemampuan intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain “ke-mampuan
berpikir”.
c. Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang
khusus dimiliki oleh manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkannya. Kebutuhan setiap orang
dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu Kebu-tuhan Jasmani dan
Kebutuhan Rohani.
d. Sosial
Dalam proses pertumbuhan setiap orang tidak dapat berdiri
sendiri. Se-tiap manusia memerlukan lungkunga dan senantiasa akan memerlukan
manusia lainnya. Dalam perkembangannya, setiap orang akhirnya mengetahui bahwa
manusia itu saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi.
e. Bahasa
Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Setiap
orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang
diseki-tarnya. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi dengan dunia lain.
Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tan-da,
gerak, dan suara untuk menyampaukan isi pikiran kepada orang lain.
f. Bakat
Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang
dimiliki pleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan,
kemampuan itu dapat berkembang.
g. Sikap,
nilai, dan moral
Menurut Bloom, tujuan akhir dari proses belajar
dikelompokkan men-jadi 3 sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif),
penguasaan nilai dan sikap (afektif), penguasaan psikomotorik.
B. Perkembangan, Nilai, Moral dan Sikap
Remaja
1. Karakteristik Nilai, Moral dan Sikap
Remaja
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya remaja
sangat memerlukan kelompok social yang dapat menerima dia sebagaiman adanya,
corak dan kehidupan kelompok remaja akan dapat merubah perilaku remaja seperti
pola dan perilakunya. Michel meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang
harus dilakukan oleh remaja :
1. Pandangan moral individu makin lama
makin menjadi lebih abstrak.
2. Keyakinan moral lebih terpusat pada
apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
3. Penilaian moral menjadi semakin
kognitif, sehingga remaja lebih berani mengambil keputusan.
4. Penilaian moral menjadi kurang
egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis
menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan
menimbulkan ketegangan emosi.
2.
Karakteristik Perkembangan Emosi
a. Cinta atau kasih sayang
Faktor
penting dalam kehidupan remaja adalah kafasitasnya untuk mencintai orang lain
dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Seorang remaja akan
mengalami “jatuh cinta” didalam masa kehidupannya setelah mencapai belasan
tahun (Garrison, 1956:483). Para remaja yang berontak secara terang-terangan
dan nakal besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai
yang tidak disadari.
b. Gembira
Rasa
gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berjalan dengan baik dan para
remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat atau
diterima cintanya.
c.
Kemarahan dan permusuh
Dimana
kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah gejala emosi bagi perkembangan
pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui
rasa marahnya seseorang tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya
sendiri. Dalam upaya memahami remaja ada empat faktor yang sangat penting
sehubungan dengan rasa marah:
1. Adanya kenyataan bahwa perasaan
marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi
dirinya sendiri.
2. Pertimbangan penting lainnya ialah
ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek
kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut tapi juga mempunyai
sikap-sikap dimana ada sisa kemarahan masa lalu.
3. Seringkali perasaan marah segaja
disembunyikan dan seringkali samar-samar.
4. Kemarahan mungkin berbalik pada
dirinya sendiri.
d. Ketakutan dan kecemasan
Menjelang
anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang
yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Biehler membagi
ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia:
1. Remaja rentang usia 12-15
Pada
masa ini terjadi perubahan jasmani yang sangat cepat, yaitu dengan mulai
tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks.
Perumbuhan fisik yang terkait dengan seksual ini mengakibatkan terjadinya
kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekawatiran pada diri remaja. Bahkan kondisi
ini dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya, apalagi jika remaja kurang
mendapatkan pengalaman atau pendidikan agama sebelumnya. Remaja cenderung skeptis (acuh tak acuh dan cuek)
sehingga malas dan enggan melakukan berbagai ritual keagamaan, seperti sholat.
Ciri-ciri emosional remaja pada usia
12-15 tahun (Biehlier:1972):
1. Pada usia ini seorang siswa atau anak
lebih banyak murung dan tidak dapat diterka.
2. Siswa mungkin bertingkah laku kasar
untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3. Ledakan-ledakan kemarahan bisa
terjadi.
4. Seorang remaja cenderung tidak
toleran terhadap orang lain.
5. Siswa-siswa mulai mengamati orang
tua dan guru-guru mereka secara objektif dan mungkin marah apabila mereka
ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu (maha tahu).
2. Remaja rentang usia 15-18
Ciri-ciri emosional remaja pada usia
15-18 tahun:
1. Pemberontakan remaja merupakan
pernyataan-pernyataan atau ekspresi perubahan yang universal dari masa
kanak-kanak ke dewasa.
2. Karena bertambahnya kebebasan
mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka.
3. Siswa pada usia ini sering melamun,
memikirkan masa depan mereka.
3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Pada
dasarnya, pola perkembangan emosi remaja sama dengan pola emosi masa
kanak-kanak, hanya saja penyebab muncul dan memuncaknya emosi yang berbeda.
Pada masa anak-anak, ledakan lebih banyak disebabkan olen hal-hal yang bersifat
materil kongkret, sedangkan pada masa remaja penyebabnya bersifat abstrak,
misalnya menjadi marah jika dikatakan sebagai kanak-kanak, merasa diperlakukan
tidak adil atau ditolak cintanya. Pelampiasan emosi pada remaja tidak lagi
dalam bentuk yang meledak-ledak dan tidak terkendali seperti menangis keras
atau bergulung-gulung, tetapi lebih terlihat dalam gerakan tubuh yang
ekspresif, tidak mau bicara atau melakukan kritik terhadap objek penyebab.
Perilaku semacam ini disebabkan oleh mulai adanya pengendalian emosi yang
dilakukan remaja dan biasanya tercapai kematangan emosional pada akhir
masa remaja (Sitti Hartina:2008).
Sejumlah
penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266).
Metode belajar yang menunjang
perkembangan emosi antara lain:
1. Belajar dengan coba-coba
Anak
belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang
memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan
pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2. Belajar dengan cara meniru
Dengan
cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
3. Belajar dengan dengan cara mempersamakan diri
Dengan
cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
4. Belajar melalui pengkondisian.
5. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan
terbatas pada asfek reaksi.
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Emosi
adalah efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Jenis
emosi yang secara normal diantara lain: perasaan cinta, gembira, takut, cemas
dan sedih.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi emosi antara lain: tingkat kematangan dan
faktor belajar serta kondisi-kondisi kehidupan atau kultur. Dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan pendidikan, kita sebagai pendidik dapat melakukan
beberapa upaya dalam pengembangan emosi remaja. Misalnya, konsisten dalam
pengelolaan kelas, pengelolaan diskusi yang baik dan sebagainya.
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan nilai, moral, dan sikap adalah
menciptakan komunikasi disamping memberi informasi dan remaja diberi kesempatan
untuk berpartisifasi untuk asfek moral, serta menciptakan sistem lingkungan yan
serasi. Perkembangan pada anak akan melewati tahapan-tahapan tertentu dan setiap
tahapan selalu memiliki ciri khusus dan berbeda dengan tahapan lainnya sehingga
pemahaman terhadap tahapan perkembangan yang dialami siswa dengan berbagai sifat-sifatnya
yang unik tersebut akan memberikan bekal kepada guru sebagai pengajar untuk menyesuaikan
cara mengajar, pemilihan materi, pemilihan sumber belajar, ataupun pemilihan metode pembelajaran.
B.
SARAN
Jika
ada kekurangan dimakalah ini diharapkan kritik dan sarannya yang membangun.
Karna kita tahu, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Jadi jika ada kekurangan
dari makalah ini kami mengharapkan masukan dari para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, mohammad & Asrori, mohammad.2004.Psikologi
Remaja : Perkembangan Peserta Didik.Jakarta : Bumi Aksara
Hartina, sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
Reflika Aditama.
http://www.google.com,
Rabu, 06 Oktober 2010, pukul 14 : 00
Poerwanti, ending & Widodo, nur.2005.Perkembangan
Peserta Didik.Malang : Universitas Muhammadiyah Malang
Sumantri, mulyani & Syaodih, nana.2007.Perkembangan
Peserta Didik.Jakarta : Universitas Terbuka.
Sunarto & Agung Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suryani, erlis.2009.Perkembangan Peserta
Didik.Jakarta : Kusuma Negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar